Sejarah Batu Hajar Aswad

Posted by

Hajar Aswad sendiri sebenarnya sudah menjadi sesuatu yang dihormati bahkan sebelum dakwah tentang Islam oleh Muhammad. Ketika era Muhammad tiba, batu ini juga sudah diasosiasikan dengan Ka’bah. Karen Armstrong dalam bukunya yang berjudul Islam: A Short History, menuliskan bahwa Ka’bah didedikasikan kepada Hubal, salah satu dewa dalam kepercayaan Nabatea, dan di dalamnya ada 365 berhala yang tiap-tiapnya merepresentasikan satu hari dalam satu tahun. Menurut Ibnu Ishaq yang merupakan biografer Muhammad di era awal, Ka’bah sendiri dianggap sebagai dewi, tiga generasi sebelum Islam muncul. Kultur semitik Timur Tengah juga memiliki tradisi untuk menggunakan batu-batu asing sebagai penanda tempat penyembahan, sebuah fenomena yang tertulis baik di Injil Yahudi maupun Qur’an.

Pada era Nabi Muhammad SAW, sejarah batu Hajar Aswad menjadi penting saat beberapa klan di Mekah berkelahi untuk menentukan siapa yang pantas meletakkan Hajar Aswad kembali ke Ka’bah setelah renovasi akibat kebakaran besar. Setelah sebelumnya hampir terjadi perang, para tetua klan mulai menyetujui usulan bahwa mereka harus bertanya kepada orang berikutnya yang melewati gerbang Ka’bah, dan kebetulan orang itu adalah Muhammad yang masih berusia 35 tahun. Setelah mendengar pokok permasalahan, Muhammad meminta para pemimpin klan untuk membawakannya sebuah kain, yang kemudian ia gunakan untuk meletakkan Hajar Aswad di bagian tengah kain tersebut. Setelah diletakkan, Muhammad meminta setiap ketua klan untuk memegang sisi ujung dari kain tersebut, mengangkatnya, dan membawanya ke posisi yang tepat untuk meletakkan Hajar Aswad. Setelah tiba di tempatnya, Muhammad sendiri yang mengambil dan meletakkan Hajar Aswad di posisi yang seharusnya, dan hal ini berhasil menggagalkan perang yang mungkin terjadi di antara klan-klan Mekah tadi.

Sejarah mengenai batu Hajar Aswad terus berlanjut tapi sebelumnya ia sempat mengalami beberapa kerusakan yang signifikan. Batu ini juga diceritakan pernah pecah oleh batu yang ditembakkan oleh katapel saat terjadi penyerangan Mekah oleh Umayyad. Fragmen-fragmen batu yang pecah itu kemudian disatukan kembali oleh Abdullah Ibnu Zubayr menggunakan perak. Pada tahun 930, batu tersebut dicuri oleh kaum Qarmati hingga ke tempat yang sekarang bernama Bahrain. Kini, batu ini menjadi bagian penting dalam upacara keagamaan umat Islam, yaitu ketika mereka melaksanakan haji.


Blog, Updated at: 10.12

0 comments:

Posting Komentar